TUGAS III : ETIKA PROFESI ( PENALARAN DAN ETIKA )

PENALARAN DAN ETIKA

Adapun pembahasan dalam resume ini menyangkut beberapa hal yaitu: pengertian penalaran, pengertian logika, perbedaan antara penalaran dan logika, beberapa contoh penalaran deduktif dan induktif, syarat penalaran disertai contohnya, kaitan logika dan bahasa, kaitan logika dan pengetahuan, dan yang terakhir member contoh kebenaran bentuk dan penalaran materi.
“ seluruh pikiran, mimpi, dan prasaan kita yang dating dari jalan ilusi atau ilham hanyalah sempurna  jika itu terjadi dalam kerangka-kerangka dan asosiasi-asosiasi yang dibatasi oleh bahasa kita”. Bila kita saksikan atraksi lumba-lumba disuatu kolam renang, mungkin secara tidak sadar kita mengagumi kecerdasan sang lumba-lumba, semua instruksi dilaksankannya dengan sempurna. Apakah dengan demikian lumba-lumba dan hewan lainnya mampu bernalar atau berpikir sistematis jawabnya tentu tidak. Mereka hanyalah mengikuti intuisinya,pengetahuan hewan hanya untuk mempertahankan hidup (survive), untuk mengembangkan pengetahuannya, agar lebih sejahtera tidak pernah terlintas.
Berbeda dengan pengetahuan manusia selalu berkembang, karna manusia memiliki dua kelebihan. Pertama, manusia mampu mengkomonikasikan pikiran-pikiran atau ide-ide melalui bahasa yang sistematis. Kedua, manusia mampu berpikir menurut alur tertentu. Kemampuan manusia berfikir menurut alur tertentu disebut bernalar.
J.M. Bochenski menjelaskan, ada dua syarat utama penalaran yaitu adanya premis yang sudah diketahui kebenarannya dan mengetahiu cara penarikan kesimpulan.model tersebut, dikenal sebagai Modus Ponendo ponens secara umum berbunyi: jika A maka B, ternyata A maka B, logika model ini merupakan merupakan logika formal. Penalaran model lain yaitu silogisme, silogisme merupakan dasar pemikiran deduktif, yang terdiri atas dua pernyatan dan sebuah kesimpulan.
Kata logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepaada kita adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Berfikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Sedangkan pengetahuan adalah suatu system gagasan yang bersesuaian dengan system benda-benda yang dihubungkan dengan keyakinan.
Perbedaan antara penalaran dan logika yaitu penalaran merupakan mampu berpikir menurut alur tertentu sedangkan logika adalah ilmu yang mempelajari fikiran melalui bahasa. Dari pengertian diatas dibedakan secara jelas bahwa logika itu ada karna telah terjadinya penalaran yang dianggap baik atau buruk atas suatu pernyataan, kemudian dengan adanya logika kita bisa menyimpulkan suatu kesimpulan dari premis-premis yang ada.
Contoh suatu pemikiran induksi yaitu fakta memperlihatkan bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai mata. Penalaran induksi seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin fundamental.
 Contoh suatu pemikiran deduksi yaitu memakai pola berpikir yang dinamakan silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam menarik kesimpulan secara deduksi.
Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)
Si Patma adalah seorang mahluk (Premis minor)
Jadi si Patma mempunyai mata (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi syarat: Premis mayor harus benar, Premis minor harus benar, dan Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan). Dengan demikian, kebenaran dan ketepatan menarik kesimpulan tergantung kebenaran kedua premis dan keabsahan penarikan kesimpulan. Penalaran deduksi memberikan hasil yang pasti.
Sebagian besar berpendapat bahwa logika berhubungan dengan pengetahuan tak langsung dengan alasan karna logika berhubungan dengan pembuktian, artinya melalui logika kita ingin membuktikan kebenaran atau ketidak benaran sesuatu. Perbincangan ikhwal kebenaran, dalam logika menjadi dua yaitu kebenaran bentuk dan kebenaran materi. Kebenaran bentuk (self consistency) artinya didalam pikiran itu tidak terdapat pertentangan. Contohnya “lingkaran segiempat” artinya yang demikian itu tidak ada. Adapun kebenaran materi  artinya terdapat persesuaian antara pikiran dan benda sebenarnya. Contohnya seperti tabung sama tong minyak tanah akan terlihat nyata.
Logika juga berkaitan dengan bahasa yaitu dalam logika yang dimahsud dengan bahasa adalah suatu system bunyi yang diarkulasikan dan dihasilkan oleh alat bicara atau system kata yang tertulis sebagai lambang dari kata-kata yang diucapkan(Partap Sing Mehra, 1980: 6).bahasa berfungsi untuk menyampaikan dan menyatakan pikiran . Bahasa membantu kita menganalisis kenyataan-kenyataan yang kompleks menjadi bagian yang sederhana. Bahasa membantu kita merumuskan konsep, baik definisi, aksioma, maupun dalil keilmuan. Bahasa membantu kita menyatakan pikiran kepada orang lain. Bahasa tertulis membantu kita menyimpan gagasan, pikiran, sehingga dapat menjadi saluran komunikasi, tidak hanya dengan orang yang berhubungan lansung dengan kita, melainkan juga dengan orang yang pernah membaca gagasan kita, dalam setiap waktu dan dimana saja mereka berada.
Sebelum kita mengetahui hubungan antara logika dan pengetahuan kita ketahui bahwa ilmu adalah suatu susunan pangetahuan secara sisitematis yang mempersoalkan bagian tertentu dari alam semesta. Ilmu mengandung sifat: (a) mempersoalkan bagian alam tertentu dan mengadakan penyelidikan dalam batas ranah itu saja, (b) sistematis, merupakan kesatuan, tersusun, dan bersifat umum. Sedangkan pengetahuan biasa merupakan campuran kenyatan khusus yang terpisah-pisah, dan merupakan fakta-fakta khusus yang tidak ada hubungannya, (c) mempergunakan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan tepat. Jadi, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan belum tentu ilmu.
Logika juga merupakan suatu ilmu karna logika adalah suatu ilmu normatif, yakni ilmu yang membicarakan sesuatu bagaimana seharusnya. Bukan ilmu positif, yakni ilmu yang membicarakan sesuatu bagaimana adanya. Logika adalah ilmu ihwal norma bagaimana seharusnya berpikir sesuai dengan syarat yang telah ditentukan untuk mencapai kebenaran. Bagaimana berpikir seharusnya bukan bagaimana berpikir semaunya. Wujudnya akan tercermin dari apa yang dibicarakan, dan apa yang dilakukan. Orang yang vterbiasa berpikir logis akan bertutur bagaimana seharusnya, bukan bagaimana semaunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 1 : REVIU KONSEP DAN LINGKUP PSDA

TUGAS II : ETIKA PROFESI ( HUBUNGAN ETIKA DAN AGAMA )

TUGAS VII : ETIKA PROFESI ( KONSEP KEPENTINGAN PUBLIK )